tulisan ini berawal dari sebuah obrolan singkat (2 jam) yang tak direncanakan sebelumnya dan gak tahu kalau ternyata banyak hal yang menusuk hati yang membincangkan.
Ya, gak usah pakai prolog sendu karena ceritanya bakal sendu maka langsung saja.
Malam ini kampus ITB begitu dingin, mungkin karena aku belum adaptasi dengan udara kota Bandung lagi setelah lburan kurang lebih 1 bulan di Rembang yang 'panase pol'. jam menunjukkan pukul 19.45 saatnya aku berangkat ke selasar cctim (sebuah gedung di ITB yang punya alas yang lebar dan enak buat kumpul) untuk memenhi janji pertemuan antara Menwa dan LSS terkait kolaborasi OSKM 2017.
Kupegangi HP sambil menunggu partnerku datang. Ternyata Lita akhirnya datang setelah sebelumnya bilang kalau dia ketiduran (Gila, mungkin kuliahnya hari ini capek banget kali ya). Jadi temen menwa ku satu ini dia berkuliah Manajemen di ITB yang kalau periode libur gini pasti kuliah, sedangkan anak teknik lainnya libut. Karena mereka lulusnya 3 tahun, sedangkan anak teknik normalnya 4 tahun. jadi ada percepatan dan pemadatan jam pelajaran saat liburan. Lita adalah orang yang nantinya bertanggung jawab terhadap keberjalanan acaranya ini, makanya ku ajak. Ibaratnya aku adalah seorang kepala bidang di organisasi, dan dia ditunjuk sebagai ketua acara dalam bidang yang kujalanin.
Obrolan tak berlangsung berlarut larut dan sangat sehat (dalam artian berjalan lancar - lancar aja, cepet menemukan win solution-nya). Dan pihak LSS pun sangat terbuka menerima tanggapan yang ada. dan akhirnya obrolan selesai. aku berniat ingin membahas evaluasi kegiatan setelah rapat LSS dengan Lita yang nanti beranggung jawab atas kegiatan ini. Tapi ternyata bahasan kita menuju ke asam pait di Menwa. ini jadi sesi sinetron.
Pertama karena Lita mengeluh dia sangat capek karena padatnya kegiatan hari ini, lalu terpelatuk dia membahas dirinya yang sudah mau mendekati tingkat akhir dan mau lulus dari ITB dan masanya di menwa juga mau habis. Dan sampai saat ini dia meratapi mengapa dirinya sampai sekarang ga mendapatkan jabatan sepertiku, yang notabene seharusnya masa di kampus menyisakan 1 tahun lagi. Apa karena sistem menwa yang berbeda, atau karena lebih ke arah bahwa Menwa itu full keputusan danyon, bisa dibilang Danyon memberi keputusan seperti Sabda Tuhan saja, ga bisa dilawan.
Kemudian berlnajut ke masalah mengapa banyak orang yang meninggalkan menwa , ibarat putus daun satu - satu dari tangkainya. Ketika kami bercerita tentang tidak aktifnya lagi si X dari Menwa. Uniknya Ternyata cerita kami berbeda, aku yang mendapat cerita dari kubu si X alasan kuat mengapa dia tidak aktif lagi. Dan Lita yang mendapat cerita dari kubu lain yang menjadi Antitesis nya kubu Si X mengutarakan cerita yang berbeda lagi.
Ya, kehidupan di menwa sekompleks itu. kalau kata senior saya, bahwa menwa itu ada 2 peran. Menwa sebagai UKM dan menwa sebagai resimen mahasiswa itu sendiri. Menwa sebagai UKM adalah sebuah UKM biasanya wadah kecil kita untuk mengembangkan potensi diri dan dapat berorginasasi sehingga menghasilkan sebuah keluarga baru. Sedangkan menwa sebagai dirinya sendiri adalah menwa yang memiliki segala kompleksitasnya dengan kegiatan dan kejaran yang bertumpuk - tumpuk, ibarat seorang karywan yang kerja dengan perusahaannya dan mempunya target tahunan dan target inovasi yang harus dikejar supaya terlaksana.
masalah utama dari hal ini adalah benar - benar dari sudut pandang, komunikasi , sehingga menghasilkan sebuah kekecewaan. Orang tidak akan tahu apa yang kamu harapkan, apa isi hatimu, apa yang kamu idam -idamkan jika kamu tidak mau Komunikasi. Hal inilah yang sering menimbulkan kekecewaan. Ketika si A ingin mendapatkan 100% dari suatu hal, dan ternyata dia diberi hanya 50% dari apa yang dia harapkan karena si Bosnya hanya tahu dia pantasnya mendapatkan segitu, atau visible nya dapat tanggung jawab segitu. Yang ada hasilnya hanya satu, kekecewaaan karena tak sesuai apa yang diharapkan. "Yang tahu kamu, adalah dirimu sendiri". Kalau ga pernah kamu omongin mana bisa tahu orang kamu pengennya apa. tapi juga kadang ga enak kalau meminta kehendak di depan orang, inilah yang menajdi penghambat masalah.
Seniorku pernah berkata, "Mulailah menonton film, dengan zero expectation maka kau tak akan kecewa karena banyak hal - hal yang tidak kau sangka sebelumnya". Ya ekspektasi kadang memang sering terbalik dengan realita aslinya. Ini semua memang semua orang merasakan. Tapi sekarang semuanya tinggal tergantung kita menyikapinya, mau se-Kecewa apa kita kelak.
Dan aku gak habis pikir kenapa temanku yang harusnya dapat hal lebih, tapi malah hal tersbeut diberikan kepada orang lain. ibaratnya dialah yang pantas dapat rezekinya, tapi malah orang lain yang dapat. Hah, hidup memang kompleks. gak bakal kelar kalau kita ngulik - ngulik dan meratapi hidup ini terus.
aku jadi inget kata - kata temenku dulu , Azmi Zain " Kebahagiaan adalah bukan dari apa yang kita dapat, tapi apa yang kita syukuri". Ya sebenarnya mungkin kita kurang bersyukur apapun pemeberian Allah kepada kita pasti akan ada hikmahnya. untung2 kan kita dikasih 50% kalau ga dikasih semua mau gimana? bunuh diri? ngga kan. intinya bersyukur, hidup ini pasti penuh dengan liku dan perbedaan. kalau hidup itu satu warna, ga bakal ada kata indah untuk pelangi bukan:).
ya mungkin sekian goresan ini. kututup dengan tarikan tangan posisi mau tidur hehe. ya semoga dapat menjadi refleksi khususnya buat aku sendiri.