Rabu, 08 Agustus 2018

Forbas


DARIPADA RAGU LEBIH BAIK PULANG
HMS ITB turut berduka atas geliat kemahasiswaan yang sudah tak jelas arah substansinya. Tulisan ini keluar sebagai langkah awal pernyataan sikap dan wanti – wanti dari HMS ITB terhadapanya kegagalan sistem kemahasiswaan kita sekarang.
Puluhan postingan, ratusan komentar, dan ribuan orang telah membaca mengenai semua gerakan KM ITB saat ini. Huru – hara tentang forbas kali ini serasa muncul lebih dulu daripada esensi nya itu sendiri. Gerakan ekstremis untuk melakukan perubahan yang masif menjadi sebuah output keharusan. Tapi tidaklah kalian berpikir sejenak, apa sebenarnya yang kita harapkan dari semua hal ini?
Kita serasa tahu akan segalnya, dan menyambut forum hari ini seperti sebuah ajang eksistensi ataupun penghakiman tak berarah. Seberapa banyak curah pikiran yang kita habiskan dengan semua retorika ini, sedangkan agenda – agenda penitng lainnya yang harusnya dikawal, tersisihkan begitu saja. Tak pedulikah kita tentang nasib gerakan kemahasiswaan yang akhirnya tidak terekskalasikan dengan baik seperti AMI, Olimpiade KM ITB, Kolaborasa yang bahkan lebih ditunggu manfaatnya. Kepedulian kita redup dan dibutakan dengan huru – hara hingga lupa mengawal gerbang awal kemahasiswaan awal kita yaitu, OSKM.
Saya tidak yakin, apakah kalian memikirkan bahwa tindakan ini adalah tindakan yang benar? Kalian cenderung setengah2 melakukannya. Setengah maju, setengah ragu. Lalu sebenarnya narasi besar apa yang ingin kita bawa setelah pergolakan ini. Apakah KM ITB akan benar – beanr berubah sertelh forum ini selesai. Masih adakah wacana untuk mempertanyakan kembali KM ITB?
KM ITB tidak terbuat dari kebanggan yang sama, tapi kesamaan nasib anggotanya. Terbangun dari rasa memikiki anggota yang berjanji untuk saling peduli. Di tanah ganesha ini, gerakan kemahasiswaan sangat memberi arti  yang seharusnya membuka ruang untuk saling menghargai. Sistem KM ITB saat ini mungkin belum yang terhebat. Tapi tidak sepantasnya kita hanya sebagai kaum yang hanya mengutuk kebrorobokan system KM ITB saja, tanpa mau membangunnya dari akar rumput nilai luhur kemahasiswaan kampus kita. Jika ehendak untuk memperbaki system secara bersama-sama sudah musnah, niscaya semua mimpi dan harapan untuk kemahasiswaan yang lebih baik akan sirna. Keinginan hanya bisa terlaksana, jika kehendak bisa menjalar pada semua.
“Daripada Ragu Lebih Baik Pulang” Sebuah Alegori yang terpapampang nyata di gerbang masuk HMS ITB, menjadi sebuah prinsip yang mendarah daging bagi kami guna menandakan keyakinan dalam melakukan sesuatu.
Kata yg menggambarkan bahwa tidak ada hal yg bisa membawa dirimu kemana saja kecuali pikiranmu sendiri. Adalah hal penting bagi tiap langkah kehidupan, hingga di tiap langkahnya kami diajarkan perlu tahu kenapa harus melangkah, Jangan pernah melangkah jika kau sendiri merasa tak yakin dengan itu. Bukan untuk menunjukkan bahwa kami adalah kaum yang paling benar, tapi sebagai guratan emosional dan saran perbaikan bersama agar diversifikasi gerakan yang ingin diusung itu nyata adanya.
Kegagalan kali ini bukanlah salah individu ataupun kelompok. Tapi kesalahan Bersama semua elemen KM ITB. Untuk Itu kami menghimbau kepada elemen – elemen terkait yang ada di KM ITB : “Daripada Ragu, Lebih Baik Pulang”
1.    Kabinet KM ITB, sebagai ekskutif KM ITB. Pelopor perjuangan dan pergerakan utama, juga sebagai terang dan redupnya di kemahasiswaan kampus ini. Kami berpesan, Pemimpin yang bijak, tahu kapan saatnya harus bertindak. Mencari jalan tengah sesuai kebutuhan dari anggota sebagai basis landasan utama. Tidak semena – mena tanpa mengabari sebelumnya. Pengambilan keputusan haruslah represnntatif, maka dari itu jangan Cuma reaktif, tapi harus punya inisitaif.
2.    Kongres KM ITB, sebagai puncuk pimpinan landasan  kemahasiswaan kampus ini. Sebagai penentu sukses dan gagalnya system KM ITB. Pada konsepsi jelas tertulis kelemahan sistem KM akan muncul apabila kongres tidak mampu menjalankan kekuatan kontrolnya. Taat pada aturan memang penting, tapi mendobrak kebekuan tidak kalah genting. Jangan terlalu ribet melulu masalah birokrasi, di sisi lain pengambilan sikap berani tetap harus dieksekusi.
3.    HMJ sebagai basis keterwakilan massa KM ITB. Selayaknya harus juga peduli terhadap semua permasalahan sistem yang terjadi. Salah jika dirasa mengawal KM ITB sebagai bagian kontribusi eksternal dinilai tidak ada manfaatnya. Justru dengan berkutat hanya dengan urusan internal saja, organisasi lambat berkembang. Tertulis dalam Konsepsi KM ITB , pada langkah terakhir, apabila KM ITB mengalami krisis akibal kontrol kongres KM ITB tidak bejalan semestinya, maka menjadi tugas HMJ dan unit melakukan kontrol aktif secara informal. Dan penting bagi seluruh HMJ untuk membawa massanya paham akan arti penting KM ITB untuk Bersama.
4.    Teruntuk Massa KM ITB, yang masih merasa menjadi anggota KM ITB tanpa terkecuali Semua huru – hara yang terjadi adalah kesalahan bersama. Kita seperti kucing dan anjing yang kejar -kejaran saling bersuara tanpa mau menyelsaikan permasalahan secara bersama. Sebagai pihak yang punya kepentingan, dan ingin suaranya dan kegelisahannya didengar, Kita sudah bukan menjadi seorang gentleman yang duduk berdiskusi saling menyuarakan tesis-antitesis sehingga keluar solusi yang diterima bersama. Bukan malah saling mengutuk tanpa kejelasan. Di sisi lain, hasil dialektika kusir ini mengakibatkan pihak2 lain yang sejujurnya tidak tahu akar masalahanya jadi ikut terpantik tak mau tinggal diam. Hanya asik – asikan meramaikan ketidakjelasan ini.. Bukankah melelahkan jika selalu ikut tren, apalagi hanya agar dianggap keren. Maka jadilah seorang pembaharu yang berdampak, daripada terus mengikuti arus, hidup seperti tidak ada maknanya.
Seharusnya kita tahu bos, ketika KM ITB dilanda pergolakan, membuat ketidaksabilan system akan terjadi dan berdampak pada gerakan – gerakan lain yang lenggam dan tak terkawal dengan baik. Lalu apa yang akan menajdi kontrribusi kita terhadap bangsa ketika KM ITB sudah tidak bisa menjadi landasan kita dalam bergerak Bersama. Padahal Landasan demokrasi saat ini dirintis oleh senior kita yang memutuskan utuk menjadi martir. Tugas kita saat ini adalah membangun KM ITB mulai dari sekarang leawt kerja, cipta, karya, karsa, dan cinta.
Sekali lagi HMS Turut berduka atas geliat kemahasiswaan yang salah arah ini Semoga kasus ini menjadi pembelajaran kita Bersama untuk meningkatkan awareness terhadap semua kondisi kemahasiswaan yang terjadi. Dan menjadi mandat kedepannya agar semua elemen di dalam KM ITB yang bergerak mempunyai dasar pacu yang jelas dan tidak asal hanya ingin meraih eksistensi semata, tanpa menemukan makna luhur didalamnya Maka dari itu kami menghimbau, Cukupkan semua retorika ini, jika kita sebenarnya tak pernah tahu akan dibawah kemana pergolakan ini. Daripada Ragu Lebih baik pulang!
@Ahmad Wali Radhi kami tunggu komitmen perbaikanmu!
Di Bawah Matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan Maksud baik kita. Berdiri di pihak yang mana
Lih Rendra, sajak pertemuan mahasiswa 1977.

Bagikan

Jangan lewatkan

Forbas
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

kritik sarannya sangat membantu Saya dan Anda berkembang menjadi lebih baik lagi.