Supaya Lulusannya tak
hanya menjadi pelopor pembangunan, tetapi juga pelopor persatuan dan kesatuan
bangsa
Untuk : Semua Kawan – Kawan senasib
seperjuangan
Malam massa kampus. Seakan hanya malam kita mampu menyediakan waktu bersama untuk saling
menyapa. Kini, entah semakin disadari atau tidak, Lenggam Kemahasiswaan kita
kian memprihatinkan. Pergerakan kemahasiswaan selalu hanya menjadi sebuah mimpi
semata. Dinamisasi Kampus seakan menjadi sebuah oase yang tak kunjung tercapai.
Apalagi untuk bermimpi pergerakan satu KM ITB? Sebuah angan — angan besar yang
merubah getir menjadi tawa.
Namun, tak boleh kita, hanya mengutuk kegelapan tanpa
mau menyalakan terang di dalamnya. Semua ini bukan tanpa usaha. Segala usaha
telah dilakukan. Pemira, Student Summit, hearing OSKM
semua telah dilalui. Namun nyatanya wadah ini hanya menjadi gerimis di siang
hari, karena terlalu sedikit orang yang terlibat dan mengawalnya. Ya, mereka
itulah orang — orang yang masih memiliki keprihatinan di hatinya terkait KM
itb. Karena kalau bukan mereka siapa lagi.
Sejenak mari kita ber-refleksi. Mengutip sebuah lirik
lagu kemahasiswaan yang dulu “Kampusku rumahku, kampusku negeriku, kampusku
kebebasanku”. Masihkah Relevan saat ini?
Gerakan Kemahasiswaan saat ini semakin dipersempit.
Ruang — ruang publik berusaha dimatikan. Jam malam mengambil banyak andil dalam
mensukseskan kebobrokan ini. Beban akademik seperti tak kunjung surut dan
semakin menggila mendekati masa — masa ujian. Sedangkan gerakan kemahasiswaan
dituntut untuk tidak lekang oleh keadaan. Maka, harus tercipta
mahasiswa — mahasiswa super yang bisa memadu-padankan kedua aspek tersebut
untuk tetap berjalan beriringan dan sama — sama balance. Dan yang
pasti harus mengurangi waktu tidur yang notabene adalah kebutuhan primer.
Ditinjau dari kondisi internal mahasiswanya,
jiwa — jiwa gelisah semakin redup. Kegelisahan akan Indonesia, masyarakat, KM
ITB, maupun lingkungan sekitar semakin tiada. Jangankan mau peduli dengan itu
semua, bahkan keadaan teman samping kanan-kirinya saja mungkin tak tahu
sekarang. Padahal kepedulian itu menular kawan. Begitu juga ketidak pedulian
itu diajarkan. Semestinya pendidikan di kampus ini membentuk mahasiswa
seutuhnya bukan robot.
Kuliah semakin monoton setiap hari dengan segala
polemik yang terjadi. Masuk kelas, duduk, mendengarkan, dan diakhiri dengan
tugas kuliah yang meninggalkan beban pekerjaan. Praktis Sabtu-Minggu menjadi
ajang penghabisan tugas karena setiap weekdays selalu diakhiri
dengan keletihan karena menjalani kuliah seharian. Dimana mimbar kebebasan
mahasiswa untuk berkarya, berorganisasi, dan berdiskusi untuk masa depan
Indonesia? Ya, disela — sela itu. Padahal sebagai mahasiswa (Apalagi ITB) tak
cukup sekedar jadi tumpuan orang tua saja kedepannya, tapi juga tumpuan ibu
pertiwi dan nusantara.
Ke(Maha)Siswaan
Secara umum mahasiswa menurut KBBI, adalah orang yang
belajar di perguruan tinggi. Lalu Apa itu kemahasiswaan? Kalau kata banyak
orang sih berorganisasi, atau jadi akademisi, beberapa teman yang lebih ekstrem
menyebut “ya sekedar main pingpong di sekre juga kemahasiswaan”. Semua
benar, karena dari KBBI definisi kemahasiswaan adalah sebatas semua seluk-beluk
mahasiswa.
Tapi apa iya, kemahasiswaan kita hanya diisi oleh
belajar di kelas dan main pingpong semata? Ingat baik — baik bahwa ada kata
“Maha” di depannya , itu berarti mahasiswa adalah manusia yang memiliki
tanggung jawab lebih, siap dan cakap memangku jabatan dan menjadi harapan
rakyat untuk membangun negeri ini serta memiliki keinsafan dalam
menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Intinya di Kemahasiswaan kita belajar memanusiakan
manusia. Hal ini merupakan visualisasi masa depan dimana kita akan hidup di
sebuah lingkup luas yang dinamakan “masyarakat” yang menjadi sebuah subjek sekaligus
objek. Atau dapat ditarik kesimpulan : Jika, semua yang pernah kamu
lakukan di dunia kemahasiswaan belum sampai bermanfaat atau berdampak untuk
sekitar itu berarti belum layak disebut berkemahasiswaan.
Kondisi Kemahasiswaan
Ideal
Berdasarkan tujuan yang tertera pada
konsepsi organisasi kemahasiswaan KM ITB nomor 2 dan 3 (dari 5 butir yang
ditulis.)
2.
memberikan
dorongan kepada mahasiswa untuk menjadi pemimpin dan penggerak dalam kehidupan
bangsa
3.
ikut
serta menyumbangkan karya dan pikiran dalam penataan kehidupan bangsa.
Baru 2 hal ini saja selaiknya telah menampar keras
sanubari kita masing — masing. Seberapa jauh dari kata ideal kemahasiswaan yang
kita lakukan sampai saat ini. Mahasiswa yang digadang — gadang sebagai agent
of change, guardian of value, dan iron stock seakan
hanya menjadi sebuah bualan semata.
Karena kembali, ini tentang pola pikir kawan. Mahasiswa
saat ini terlalu terfokus pada pengembangan diri sendiri, tanpa mau menengok
sejenak lingkungan sekitar kita. Siapa? Orang — orang di luar sana yang
membutuhkan kita untuk terjun langsung merubah mereka. Merubah paradigma mereka
bahwa hidup tak sekedar berpangku tangan menunggu rezeki, tapi menciptakannya
dengan usaha masing — masing. Sepertinya tak pernah terbesit bagi kita
memikirkan Indonesia, maksudku mempedulikannya.
.
Kondisi Kemahasiswaa
Masa Kini
Sebagaimana pernah diutarakan oleh
Erich Fromm, kampus seharusnya menjadi pusat budaya dan demokrasi.
Dan untuk terciptanya hal itu maka semua berawal dari sebuah tahap yang bernama
kaderisasi. Kaderisasi merupakan ujung tombak organisasi kemahasiswaan agar
bisa tetap hidup dan menghidupi anggotanya dengan nilai — nilai yang terbesit
di dalamnya. Tidak percaya? Kalau menghancurkan organisasi, maka hancurkan saja
kaderisasinya.
Lalu coba kita lihat pola
kemahasiswaan masa kini.
Pengkerdilan peran mahasiswa sudah
terlihat nyata. Aturan lulus 6 tahun semakin membuat mahasiswa diburu — diburu
menuntaskan beban akademiknya. Semakin diperkeruh dengan para swasta — swasta organisasi
yang memilih say goodbye duluan dan mengikuti teman — teman
yang lain ketimbang membimbing adik — adiknya terhadap value — value yang
dulu selalu diajarkan ke mereka. Kaderisasi yang dibatasi waktu, semakin
membuat organisasi memeras otak lebih dalam untuk beradaptasi. Sehingga,
ketika input (re : mahasiwa) yang selalu
berbeda setiap periodenya, dan kualitas output ( re :
mahasiswa) dari proses mengkader ini yang tetap dituntut tak jauh
berbeda dari falsafah organisasi, membuat kaderisasi semakin harus dirubah
menyesuaikan faktor — faktor keadaan yang ada. Dunia kemahsiswaan semakin
dipersempit dengan terlibatnya satu faktor yang paling berdampak saat ini
yaitu : Arus Globalisasi. Sehingga memunculkan paradigma
“5–10 Tahun lagi Berhimpun (arti : berkumpul, berdiskusi,
bersosialisasi) mungkin tidak dibutuhkan lagi, dan himpunan sebagai landasan
pacu kemahasiswaan akan sirna di kemudian hari”
Dengan semua polemik yang terjadi
Independensi mahasiswa seakan runtuh. Coba tanya seberapa banyak mahasiswa yang
memiliki mimpi kedepannya ketika lulus ingin memperbaiki Indonesia. Alur
produksi lulusan ITB pun bisa ditebak: masuk dipuji, IPK besar, lulus dapat
kerja mapan, lalu hidup nyaman dengan keluarga. Seolah tidak terbesit
sediktipun dalam diri kita untuk melakukan usaha terbaik yang bisa kita lakukan
untuk Indonesia kelak. Agar ketika lulus nanti niscaya 4000 lulusan ITB setiap
tahunnya dapat merubah Indonesia dari semua sektor yang ada. Ayolah kawan ini
demi Indonesia-mu dan Indonesia-kita. Karena yang kuharapkan cuman satu :
semasa kau menjadi mahasiswa IPK kehidupanmu ga kalah besar dengan IPK
Akademikmu.
Untuk Indonesia yang
lebih baik
Dunia Kemahasiswaan dulu berbeda
dengan sekarang. Pola pergerakannya-pun berbeda. Tekanan yang kuat dari
pemerintah dan posisi mahasiswa saat itu sebagai oposisi utama pemerintah
melahirkan gerakan – gerakan yang terlihat “garang”. Keadaan saat ini memberikan
pola pergerakan lain. Dengan semua keadaan yang membuai saat ini, tak boleh
kita diam teronggok lesu dan hanya menunggu gebrakan dari atas. Haluan
kemahasiswaan saat ini seharusnya sudah dapat menjadi kontributor nyata bagsa
melalui karyanya masing - masing. Metodenya bebas, baik individu, kelompok,
komunitas, bahkan event-event seperti PKM maupun Lomba Inovasi dapat dicoba.
Aksi terjun langsung baik ke masyrakat ataupun melalui komunitas – komunitas
(ex : himpunan, unit, ormek, dll) juga merupakan langkah besar. Intinya hanya
satu : Berkarya secara nyata!.
Mengutip kalimat dari abangku “ Ide
itu udah banyak, beribu – ribu. Bahkan pertumbuhannya sejalan dengan
pertumbuhan penduduk. Sekarang tinggal siapa yang mau merealisasikannya dan
berkarya di jalan itu”.
Kelak kuharap, semoga lulusan yang
pernah ditempa di kawah candradimuka Kampus Gajah harus tetap membawa ikrar
seperti yang tertulis di Plaza Widya Nusantara “Agar setiap tanya tentang bangsa ini mendapatkan jawabannya”. Jangan
sampai, lulusannya jadi pejabat yang hanya bisa berplesir ke hotel – hotel
mewah atau makan makanan enak di restoran jepang.
Jadi untukmu semua kawan – kawan
senasib seperjuangan
Untuk sang aktivis, teruslah gelisah
dan suarakan apa yang kami butuhkan. Sebab jika keadaan didiamkan begitu saja.
Kebijakan tidak akan berubah. Dan pemerintahan di luar sana akan selalu mempertahankan
keasalahannya.
Untuk engkau para penggiat pengmas,
jika ternyata aktivis tak bisa menuntaskan karena respon dari pemerintah yang
terlalu lama, maka turunlah ke desa, penuhi suara- suara rakyat yang tersiksa
karena keadaan. Bantu mereka memenuhi apa yang mereka butuhkan atau yang mereka
rasakan.
untuk engkau yang berfokus pada
dunia entrepeneur, benar apa yang kau
lakukan, Ekonomi harus ditingkatkan. Dengan banyaknya pengangguran yang turun
ke jalan, lapangan pekerjaan wajib diciptakan. Semoga kau menjadi secercah
solusi untuk ekonomi negara kita yang akan datang.
Dan tak lupa untuk kau temanku sang
Cendekiawan. Belajar adalah kewajiban utama setiap dari kita. Tapi tak semua
orang sepintar dan secerdas kau. Maka majukan negara ini dengan riset – riset
dan penelitianmu. Jangan sampai selamanya, kita mengemis teknologi dari negara
lain. Kita sendirilah yang harus menciptakanya. Dan semoga dengan adanya dirimu,
semoga perteknologian bangsa ini semakin hebat dan Indonesia benar – benar bisa
menjadi negara maju seperti yang diharapkan.
Dan bagiku semua ini masih relevan tercakupi
dalam sebuah wadah bernama KM ITB. Sebuah wadah yang lengkap dan memberi kita
semua peran yang mau kita pilih. Dan semoga kemahasiswaan kita kelak bisa
menjadi perkumpulan karya dari orang -
orang hebat dan berbeda warna dari seluruh sudut kampus. Dan niscaya dari
pemuda – pemuda ini Bangsa kita akan benar – benar merdeka diatas tanahnya
sendiri.
“ Sebab
beratus juta rakyat Indonesia , menantimu, menantiku, menantikan kita”
Anggota Biasa KM ITB
Anggi Renady Pratama
NIM 15015100
NBP 1598.08.50379