Selasa, 01 Oktober 2019

Hakekat Sabar dan Shalat

Hakekat Sabar dan Shalat


“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (Shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang – orang yang husyu’. (Yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”
(QS Al-Baqarah [2]: 45-46)

Sudah beberapa hari terakhir aku sangat memikirkan tentang 2 ayat al-baqarah di atas. Ya, seolah ayat tersebut membuatku kembali berpikir tentang hakekat kita sebagai hamba Allah. Hamba Allah sendiri merupakan status tertinggi bagi kita sebagai makhluk hidup di muka bumi ini. Tiada sebuah kebanggaan seharusnya selain kita mengakui diri sebagai Hamba Tuhan yang tiada lain adalah Allah swt, Tuhan semesta alam. Dimana setiap yang ada sekarang merupakan kehendak-Nya.

Oleh karena itu, sebagaimana kita bisa berlafal Laa Haula wa La Quwwata Illa Billah yang artinya “Tiada daya dan upaya melainkan kekuatan-Nya” maka secara sadar kita tahu bahwa Allah lah pusat kehidupan kita. Dan tiada lagi daya dan upaya juga selain kita memohon pertolongan-Nya.

Maka dalam firman-Nya dijelaskan 2 hal yang dapat kita lakukan yaitu dengan sabar dan shalat. Sabar sendiri hakekatnya adalah menahan diri. Ya, menahan dari segala sesuatu buruk yang mungkin akan terjadi. Seperti yang dikatakan Umar bin Khaththab, bahwa: “Sabar itu ada dua, sabar ketika mendapat musibah adalah baik, dan lebih baik lagi adalah bersabar dalam menahan diri dari mengerjakan apa yang diharamkan Allah.” Ya, makna sabar sungguhlah dalam dan sebagai hamba-Nya prinsip itulah yang kita pegang. Kita tidak membahas tentang menang-kalah, kita juga tidak membahas siapa yang unggul dan tertindas. Namun kita bicara, bahwa sesunguhnya orang – orang yang berjiwa besar dan menerima dengan lapang dada semua peristiwa kehidupan karena ia sadar bahwa semua ini adalah kehendak dari Tuhannya adalah orang yang dimuliakan kelak. Ya, menjadi sabar bukan sebagai jurus andalan ketika terpojok. Sesungguhnya, menjadi sabar adalah sebuah pembelajaran sepanjang hayat untuk memahami filosofi kehidupan dunia.

Kelak, seandainya kita ditimpa suatu hal yang tidak mengenakkan kita tahu semua ini adalah ujian. Sebuah ujian kesabaran dari Allah untuk melihat sebarapa layak hamba tersebut mendapat pertolongan-Nya kelak, dan masuk Surga-Nya tempat yang sangat didambakan oleh seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dan menjaga kesabaran untuk tidak melaksanakan apa yang dilarang oleh-Nya jugalah berat, karena tidak ada godaan terberat selain hawa nafsu, dan sesungguhnya kita belajar menahan kenikmatan untuk mendapatkan kenikmatan sebenar-benarnya kelak.

Selanjutnya tertera bahwa sholat adalah sebuah pekerjaan yang berat. Sholat bukan sekadar melaksanakan kewajiban. Sholat juga harusnya tak sekedar kebutuhan. Namun harusnya kita sadar bahwa sholat adalah panggilan langsung dari-Nya. Allah sendiri yang menjanjikan kita setiap 5 kali sehari “Marilah Sholat, dan Marilah Meraih Kemenangan”. Kita juga secara sadar tahu bahwa semua rezeki kita mulai dari fisik yang lengkap, badan yang sehat, melaksankan aktivitas dengan lancar adalah anugerah dari-Nya. Maka dari itu tidaklah kita sebagai manusia yang tidak punya nurani, kecuali membalas semua rezeki dari-Nya dengan memenuhi panggilan-Nya. Dan hakekatnya sholat tidak sekedar kewajiban karena pada saat sholatlah kita meminta dan memohon kepada-Nya. Meminta untuk diampuni, meminta untuk diselalamatkan, dan juga untuk bisa bersanding dengan-Nya kelak.

Dan sesungguhnya Sholat memang hal yang berat kecuali bagi orang – orang yang khusyu’. Yaitu orang- orang yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhan-Nya dan akan kembali kepada-Nya pula. adh-Dhahhak mengatakan, innaHaa lakabiiratun; berarti bahwa hal itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang tunduk dalam ketaatan kepada-Nya, yang takut akan kekuasaan-Nya, serta yang yakin dengan janji dan ancaman-Nya.
Sesungguhnya Allah telah memanggil kita untuk menemui-Nya maka pasti kita akan menemui-Nya dalam sholat. Dan itulah prinsip Ihsan, jikapun kita tidak sampai pada level itu maka yakinlah bahwa Allah pasti melihat dan mengawasi kita dimanapun. ‘Allahu Akbar” karena Allah Maha Besar atas segala sesuatu. Dan Ia lah yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu pula.

Dan kita pun akan kembali kepada-Nya seperti apa yang biasa kita ucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un “Sesungguhnya Kita Milik Allah Dan Kepada-Nya Kita Kembali”. Maka siapkan yang terbaik dari diri kita untuk kelak kembali kepada-Nya, Menemui-nya, dan menyembah-Nya secara langsung. Bukankah itu tujuan hidup kita?



Baca selengkapnya