Hakekat Sabar dan Shalat
“Dan mohonlah pertolongan
(kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (Shalat) itu sungguh berat, kecuali
bagi orang – orang yang husyu’. (Yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan
menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”
(QS Al-Baqarah [2]:
45-46)
Sudah beberapa hari terakhir aku
sangat memikirkan tentang 2 ayat al-baqarah di atas. Ya, seolah ayat tersebut
membuatku kembali berpikir tentang hakekat kita sebagai hamba Allah. Hamba Allah
sendiri merupakan status tertinggi bagi kita sebagai makhluk hidup di muka bumi
ini. Tiada sebuah kebanggaan seharusnya selain kita mengakui diri sebagai Hamba
Tuhan yang tiada lain adalah Allah swt, Tuhan semesta alam. Dimana setiap yang
ada sekarang merupakan kehendak-Nya.
Oleh karena itu, sebagaimana kita
bisa berlafal Laa Haula wa La Quwwata
Illa Billah yang artinya “Tiada daya dan upaya melainkan kekuatan-Nya” maka
secara sadar kita tahu bahwa Allah lah pusat kehidupan kita. Dan tiada lagi daya
dan upaya juga selain kita memohon pertolongan-Nya.
Maka dalam firman-Nya dijelaskan
2 hal yang dapat kita lakukan yaitu dengan sabar dan shalat. Sabar sendiri
hakekatnya adalah menahan diri. Ya, menahan dari segala sesuatu buruk yang
mungkin akan terjadi. Seperti yang dikatakan Umar bin Khaththab, bahwa: “Sabar
itu ada dua, sabar ketika mendapat musibah adalah baik, dan lebih baik lagi
adalah bersabar dalam menahan diri dari mengerjakan apa yang diharamkan Allah.”
Ya, makna sabar sungguhlah dalam dan sebagai hamba-Nya prinsip itulah yang kita
pegang. Kita tidak membahas tentang menang-kalah, kita juga tidak membahas
siapa yang unggul dan tertindas. Namun kita bicara, bahwa sesunguhnya orang –
orang yang berjiwa besar dan menerima dengan lapang dada semua peristiwa
kehidupan karena ia sadar bahwa semua ini adalah kehendak dari Tuhannya adalah
orang yang dimuliakan kelak. Ya, menjadi sabar bukan sebagai jurus andalan
ketika terpojok. Sesungguhnya, menjadi sabar adalah sebuah pembelajaran sepanjang
hayat untuk memahami filosofi kehidupan dunia.
Kelak, seandainya kita ditimpa
suatu hal yang tidak mengenakkan kita tahu semua ini adalah ujian. Sebuah ujian
kesabaran dari Allah untuk melihat sebarapa layak hamba tersebut mendapat
pertolongan-Nya kelak, dan masuk Surga-Nya tempat yang sangat didambakan oleh
seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dan menjaga kesabaran untuk tidak melaksanakan apa
yang dilarang oleh-Nya jugalah berat, karena tidak ada godaan terberat selain
hawa nafsu, dan sesungguhnya kita belajar menahan kenikmatan untuk mendapatkan
kenikmatan sebenar-benarnya kelak.
Selanjutnya tertera bahwa sholat
adalah sebuah pekerjaan yang berat. Sholat bukan sekadar melaksanakan
kewajiban. Sholat juga harusnya tak sekedar kebutuhan. Namun harusnya kita
sadar bahwa sholat adalah panggilan langsung dari-Nya. Allah sendiri yang menjanjikan
kita setiap 5 kali sehari “Marilah Sholat, dan Marilah Meraih Kemenangan”. Kita
juga secara sadar tahu bahwa semua rezeki kita mulai dari fisik yang lengkap,
badan yang sehat, melaksankan aktivitas dengan lancar adalah anugerah dari-Nya.
Maka dari itu tidaklah kita sebagai manusia yang tidak punya nurani, kecuali
membalas semua rezeki dari-Nya dengan memenuhi panggilan-Nya. Dan hakekatnya sholat
tidak sekedar kewajiban karena pada saat sholatlah kita meminta dan memohon
kepada-Nya. Meminta untuk diampuni, meminta untuk diselalamatkan, dan juga untuk
bisa bersanding dengan-Nya kelak.
Dan sesungguhnya Sholat memang hal yang berat kecuali bagi orang – orang yang khusyu’. Yaitu orang- orang yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhan-Nya dan akan kembali kepada-Nya pula. adh-Dhahhak mengatakan, innaHaa lakabiiratun; berarti bahwa hal itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang tunduk dalam ketaatan kepada-Nya, yang takut akan kekuasaan-Nya, serta yang yakin dengan janji dan ancaman-Nya.
Sesungguhnya Allah telah memanggil kita untuk
menemui-Nya maka pasti kita akan menemui-Nya dalam sholat. Dan itulah prinsip
Ihsan, jikapun kita tidak sampai pada level itu maka yakinlah bahwa Allah pasti
melihat dan mengawasi kita dimanapun. ‘Allahu Akbar” karena Allah Maha Besar
atas segala sesuatu. Dan Ia lah yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu pula.
Dan kita pun akan kembali kepada-Nya seperti
apa yang biasa kita ucapkan Inna lillahi
wa inna ilaihi raji'un “Sesungguhnya Kita Milik Allah Dan Kepada-Nya Kita
Kembali”. Maka siapkan yang terbaik dari diri kita untuk kelak kembali
kepada-Nya, Menemui-nya, dan menyembah-Nya secara langsung. Bukankah itu tujuan
hidup kita?