Rabu, 07 Agustus 2024

Mukadimah Penulis Bagian 1 Buku Ta'lim al-Muta'alim Thoriq at-Ta'allum

Apabila kalian sudah berada di taman surga maka berbahagialah. Taman surga di sini maksudnya adalah majelis zikir sebagaimana hadits “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Mushonnif (penulis) memulai dengan bacaan bismillah. Dalilnya “Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bacaan bismillah, maka amalan tersebut terputus berkahnya.” (HR. Al Khatib). Kemudian apa beda Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam Bismillahirrahmanirrahim? Ar-Rahman berlaku untuk seluruh manusia sedangkan Ar-Rahim hanya untuk muslim saja. Lalu Mushonnif memulai dengan bacaan hamdalah dan sholawat. Dua hal inilah yang menjadikan sesuatu hal akan diturunkan keberkahan di waktu tersebut.

Segala puji bagi Allah yang mengutamakan Bani Adam dengan ilmu dan amal di atas Alam Semesta. Bani Adam di sini merujuk arti kita sebagai manusia bukan hewan, tumbuhan, maupun jin. Tujuan atau inti dari At-thoriqul mushkil (jalan yang mengantarkan ilmu) adalah untuk beramal. Di mana yang mendapatkan fadhilah luar biasa ini hanya orang-orang yang dikhususkan oleh Allah untuk mendapatkan bagian yang begitu berharga yaitu Ilmu Agama. Dalilnya “Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barang siapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Yang menjadikan perbedaan besar antara seorang yang berilmu dan yang tidak berilmu adalah tatkala ia mengamalkan ilmunya. “Al-Ilmu Bi Laa Amalin Ka-Asyajari Bi Laa Tamarin” yang artinya “Ilmu yang tidak di amalkan bagai pohon yang tak berbuah”. Dijelaskan di kitab Shahih Bukhori, “Dikatakan untuk berilmu dulu sebelum berbuat.” Sesungguhnya berilmu itu tidak hanya dengan memiliki ilmu saja tapi juga beramal. Jika ia sudah mumpuni dengan ilmunya maka kedudukannya akan tinggi di sisi Allah SWT karena Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.

Kemudian setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi SAW, di sini Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji menyifati Nabi SAW dengan sayid atau tuannya orang-orang Arab dan Ajam. Orang Ajam secara umum yang dijelaskan di sini adalah Semua bangsa Non-Arab dan secara khusus adalah Romawi dan Persia. Ditambahkan oleh Syekh Shalih bahwa sesungguhnya kepemimpinan Nabi SAW tidak dikhususkan pada Arab dan Ajam saja, karena Nabi SAW bersabda “Anna sayyidu waladil adam” (HR. Muslim) artinya “Aku adalah sayyid dari seluruh anak Adam”. Namun di waktu yang lain Nabi SAW mengatakan bahwa yang sayid itu adalah Allah. السَÙŠِّدُ اللّÙ‡ُ تَبَارَÙƒَ ÙˆَتَعَالىAs-Sayyid adalah Allah tabaraka wa ta’ala” (HR. Abu Dawud: 4808, dishahihkan oleh al-Albani)

Apakah keduanya bertentangan? Maka di sini kita harus bersikap kritis dan menundukkan akal. Maksudnya hadits yang kedua bahwa Allah adalah Sayyid diartikan secara hakikat. Dan Nabi SAW adalah Sayyid bagi anak cucu adam dalam artian keutamaan yang diberikan Allah kepadanya. Mushonnif di sini mengkhususkan Arab dan Ajam karena keduanya berpengaruh di dunia saat itu dan dalam waktu yang sangat panjang. Karena itulah disebutkan bahwa sayidnya Nabi SAW hanya khusus kepada kedua bangsa ini saja. Namun Syekh Shalih menyebutkan “Jika Nabi SAW saja sudah disebut sebagai Sayyid kepada kedua bangsa ini dan dengan dua jenis manusia ini, maka Nabi SAW lebih berhak lagi untuk menjadi sayid bagi manusia dari jenis lainnya.”

Kemudian Mushonnif menyebutkan Sholawat serta Salam kepada keluarga dan Sahabat Nabi SAW. Kemudian menqiyaskan sahabat sebagai yanabik (Mata Air). Maka yang dimaksud Mata Air di sini adalah poros keilmuan mereka dikarenakan mereka yang menyaksikan langsung ilmu turun. Dan nabi menyampaikan ilmunya langsung secara dirayah (pengolahan sanad hadits) dan riwayah (pengolahan isi hadits berikut ushul-ushul haditsnya). Kemudian sahabat mengumpulkannya secara dirayah sehingga kedudukan mereka istimewa di sisi Allah.

Kemudian dijelaskan bahwa Hikmah adalah sesuatu yang mengena. 3 syarat suatu perbuatan dapat menjadi yanbaghi (dapat menjadi hikmah) yaitu:

  1. Perbuatannya tepat,
  2. Di waktu yang tepat, dan
  3. Dengan cara yang tepat

Disebutkan mengapa Syekh Zarnuji mewajibkan dirinya untuk membuat kitab ini. Alasannya adalah karena dasarnya banyak orang di zaman Syekh Burhanuddin Zarnuji yang berusaha untuk menuntut ilmu akan tetapi mereka tidak sampai pada ilmu tersebut. Artinya mereka sudah menuntut ilmu namun tidak sampai pada tujuan, atau tidak tahan selama prosesnya, dan ia tidak juga mendapatkan kebermanfaatan ilmu untuk diri sendiri maupun orang lain, serta ia tidak mendapatkan buah dari ilmu tersebut.

Faktor Penghambat Ilmu Sebabnya ada 2 yaitu: Di mana mereka salah dalam mengambil jalan, dan mereka meninggalkan syarat-syarat untuk mengetahui, mendapatkan serta bertahan di jalan tersebut. Maka setiap yang jalannya salah maka ia pasti akan tersesat. Akibatnya tujuan mereka tidak tercapai dan mereka tidak akan mendapatkan ilmu kecuali hanya sedikit. Dengan kata lain mereka buang-buang waktu.

Bagikan

Jangan lewatkan

Mukadimah Penulis Bagian 1 Buku Ta'lim al-Muta'alim Thoriq at-Ta'allum
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

kritik sarannya sangat membantu Saya dan Anda berkembang menjadi lebih baik lagi.