Senin, 22 Januari 2018

SNI 2015 : Gebrakan atau blunder di zaman sekarang ?

Pendahuluan
Teknik atau rekayasa (bahasa Inggris: engineering) adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat pengetahuan, matematika dan pengalaman praktis yang  diterapkan untuk mendesain objek atau proses yang berguna. Para praktisi teknik profesional disebut insinyur.
Kalimat yang pas dalam definisi seorang rekayasawan di bidang teknik sipil adalah karena terdapat unsur “pengalaman praktis”.  Oleh sebab itu pengambilan keputusan tidak sekedar menggunakan textbook melainkan butuh dukungan code/standard untuk mengantisipasi terjadinya ketidakpastian dengan menggunakan rujukan pengalaman yang telah lalu.
Pada konstruksi baja misalnya, materi textbook lebih menekankan pada bagaimana perilaku sturktur; cara analisis dan tahapan desain yang memenuhi kriteria kekuatan, kekauan, dan daktilitas. Adapun yang ada pada standard lebih menekankan pada ketentuan minimum atau maksimum yang harus dipilih dan dicapai dalam kaitannya untuk menghasilkan kosntruksi yang aman dan handal.
Code atau standard mempunyai kekuatan hukum, dapat membedakan suatu keruntuhan (kegagalan konstruksi) apakah itu musibah yang tidak dapat dihindarkan (force major) atau kelalaian insinyur. Ini penting karena pada dasarnya manusia hanya dapat memperkecil risiko. Untuk kepastian mutlak bahwa tidak akan ada musibah maka itu hanya kuasa Tuhan. Itu adalah petunjuk bahwa code atau standard bukanlah suatu yang sempurna secara mutlak, hanya diakui "benar" pada masanya
SNI 1729:2015 dan segala referensi penunjangnya
Peraturan mengenai struktur baja kembali diperbarui pada tahun 2015 dengan dikeluarkannya SNI 1729:2015. Namun beberapa kritik timbul terhadap munculnya standar baku dalam bidang perancangan konstruksi baja ini. Berikut beberapa kritik atas perkembangan SNI baru ini :
1.      Indonesia belum bisa membuat badan khusus keprofesian yang menangani pembuataaturan baku ini. Telah dijelaskan di awal seberapa pentingnya penglaman yang digunakan dalam keberadaan di lapangan. Karena probabilitas perancangan konstruksi dipeuhi oleh ketidakpastian. Oleh karena itu para insinyur diharap untuk berkumpul membahas tentang dibuatnya aturan baku ini khusus di negara sendiri, Indonesia.  
Di luar negeri, misal Amerika, code atau standard dibuat oleh asosiasi profesi, seperti AISC (American Institute of Steel Construction), AISI (American Iron and Steel Institute) dan semacamnya. Kondisi di Indonesia, code atau standard baja misalnya (SNI 1729:2015), disusun Komite Teknis yang dibentuk atas inisiatif pemerintah (Puslitbang Pemukiman) yang anggotanya adalah stakeholder atau pemangku kepentingan terkait code yang dibuat. Umumnya dipilih mewakili unsur pemerintah, perguruan tinggi, atau praktisi konstruksi. Hasilnya akan dipublikasikan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).

2.      Code atau standar yang ada terlalu disamakan dengan standar luar negeri yang telah ada, tanpa mau merubah atau menyesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Kesan bahwa para stakeholder dalam bidang ketekniksipilan ini ingin yang praktis saja. Merujuk pada Puslitbang yang menangani pembuatan SNI, anggotanya biasanya adalah para pakar ahli yang mewakili institusi terpandang di negeri ini. Meskipun demikian, umumnya mereka itu bekerjanya sekedar mengandalkan literatur luar negeri. Padahal apa yang terjadi di Indonesia dengan di luar sangat berbeda kondisinya. Namun hal ini didukung karena keterbatasan penelitian di dalam negeri sendiri sebagai penunjang standar yang ada. Memang, bisa saja mereka mempunyai hasil penelitian mandiri, tetapi karena pada dasarnya hasil riset Indonesia masih lemah, dan literatur yang terbitpun tidak mencukupi untuk dijadikan rujukan komprehensif pembuatan code secara mandiri, maka cara kerja pembuatan code sebagaimana terjadi adalah menggunakan literature luar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan digunakan sehari – hari dalam perancangan. 

3.      Di Indonesia sangat familiar sekali memakai baja Konvensional (Hot-Rolled) dibanding baja ringan (Cold-Rolled) seperti yang biasa digunakan di luar negeri. Padahal karakter keduanya berbeda, juga asosiasi profesi yang menerbitkan peraturan keduanya juga berbeda. Jika tidak dijelaskan khusus, maka yang dimaksud dengan struktur baja adalah kelompok pertama. Ini perlu diungkapkan karena struktur baja ringan sudah lama di Indonesia, sejak 1973 perusahaan dari Australia (PT. BHP Steel Lysaght) telah memproduksi dan memasarkannya dan sampai sekarang tetap eksis bahkan berkembang semakin maju menggantikan struktur kayu yang harganya semakin mahal. Untuk melihat beda antara baja hot-rolled dan cold-formed dapat dilihat pada karakteristik berikut.
·         Baja Hot- rolled (canai panas)
SNI 1729-2015 : Spesifikasi untukbangunan gedung baja structural
Baut mut tinggi dan sistem baja
·         Baja Cold-Formed (canal dingin)
SNI 7971-2013 Sturktur baja canal dingin
Sekrup , rivet, dan batu (las tidak dipakai)
Di Indonesia tenaga ahli konstruksi baja (hot-rolled) relatif banyak karena materinya dijadikan materi perkuliahan di perguruan tinggi. Adapun peraturan baja ringan SNI 7971:2013 adalah yang pertama kali diterbitkan di Indonesia, dan belum menjadi kurikulum wajib di perguruan tinggi.
4.      Inkonsistensi peraturan yang dipakai. Dalam keberjalanannya ada banyak acuan yang dijadikan acuan/peraturan dalam mendesain. Terhitung dari mulai tahun 1927 hingga sekarang banyak sekali peraturan yang terus muncul sebagai akibat perkembangan zaman yang makin selalu memunculkan inovasi baru dalam bidang ketekniksipilan juga. Contoh : 1st manual Steel, ASD (AISC 1989), LRFD, ACD (AISC 2005), hingga yang terbaru adalah AISC 2010. Dari data di atas diketahui bahwa code yang berlaku di suatu negara selalu berubah atau tepatnya up-date terus untuk setiap beberapa tahun sekali. Motivasi yang menyebabkannya bisa berbeda-beda. Biasanya hal itu dimulai dari negara yang asosiasi profesinya cukup kuat, sekaligus dukungan riset yang kuat juga. Padahal seharusnya ketentuan/standar yang baru mencakup evaluasi dari standar yang ada sebelumnya.
Dengan digunakannya faktor probabilitas maka faktor keamanan cara LRFD berbeda antara tiap kasus beban. Variasi beban hidup lebih besar daripada beban mati, oleh sebab itu faktor bebannya juga lebih besar dari beban mati. Adapun cara ASD (AISC 1989) faktor keamanannya sama untuk setiap kondisi beban. Nilainya diperoleh berdasarkan kebiasaan, yang terbukti sukses digunakan bertahun-tahun sebelumnya. Itu pula sebabnya nilai ASD juga dipakai sebagai patokan kalibrasi cara LRFD. Keduanya pada kondisi dimana rasio beban hidup dibanding beban mati adalah 3 (tiga), dibuat sedemikian rupa sehingga faktor keamanannya menjadi sama (AISC 2010). Oleh sebab itu akan timbul perbedaan jika rasio beban hidup dan beban mati berbeda dari yang digunakan untuk nilai kalibrasi. Untuk struktur dengan rasio beban mati lebih besar dari beban hidup, maka pemakaian cara ASD (AISC 1989) akan lebih konservatif (boros) dibanding cara LRFD, demikian juga sebaliknya. Hal ini dikhawatirkan menyebabkan ketidakkonsistenan dalam merancang, sehingga nanti hasil yang didapat tidak memenuhi ketentuan desain yang ada.

5.      Rancangan mengenai sturktur baja tahan gempa yang masih sangat minim. Padahal gempa yang tejadi di Indoensia intensitas nya lebih tinggi dari negara –negara di luar negeri. Dan yang jadi sedikit masalah adalah standar yang sudah ada minim dalam memperhitungkan dampak gempa. Laporan FEMA-350 (2000) menunjukkan bahwa dampak gempa bumi Northridge (USA), tanggal 17 Januari 1994, mengubah semua keyakinan pada standar yang telah ada tadi. Setelah gempa itu terjadi, dijumpai banyak bangunan struktur baja yang dulunya dianggap tahan gempa ternyata mengalami kerusakan getas pada sambungan balok-kolom. Bangunan yang rusak mencakup, satu lantai sampai banyak tingkat, dari usia bangunan 30 tahun sampai konstruksi yang baru selesai dibangun sesaat sebelum gempa terjadi. Bangunan yang rusak juga tersebar pada suatu daerah geografi yang cukup luas, bahkan pada daerah yang dianggap hanya menerima gempa sedang
Padahal jika dikaji secara umum, bangunan struktur baja yang mengalami kerusakan akibat gempa Northridge tersebut telah memenuhi kriteria dasar code tahan gempa yang ada. Hanya saja, kerusakan yang dimaksud belum menyebabkan bangunannya runtuh. Meskipun demikian, struktur bangunan tidak berperilaku sebagaimana yang diharapkan dan kerugian ekonomi terjadi akibat kerusakan sambungan, bahkan pada beberapa kasus terjadi akibat gempa yang relatif kecil dari gempa rencana. Kerugian termasuk juga biaya langsung akibat proses investigasi dan perbaikan sambungan, sekaligus biaya tidak langsung karena proses perbaikan yang diperlukan, juga kerugian jangka panjang akibat perubahan fungsi ruang pada daerah yang rusak.


Inovasi Teknologi
Dibalik beberapa keraguan terkait standar yang telah ada, ternyata SNI 2015 yang mengadopsi sepenuhnya AISC 2010 juga memiliki inovasi unggul disbanding SNI pendahulunya pada tahun 2002. Dampak yang paling terasa adalah penerapan kecanggihan teknologi dalam penerapan perancangannya. Hal inilah yang membuat SNI 2015 layak dipakai dalam perancangan karena kemudahan akses dalam bidang teknologi, sehingga memungkinkan efisiensi desain.
Materi AISC (2010) jika dipelajari ternyata berubah mendasar. Jika sebelumnya (AISC 2005 dan code sebelumnya), strategi perencanaan dapat didasarkan pada analisis struktur yang dapat diselesaikan secara manual (kalkulator). Kalaupun memakai komputer hanya untuk otomatisasi atau kecepatan hitungan. Adapun cara baru, DAM (AISC 2010) harus tergantung ketersediaan komputer. Oleh sebab itu cara lama tetap diakui dan dimuat di Appendix 7 (AISC 2010) sebagai cara alternatif. Karena masih mungkin dipakai, maka dibedakan dengan memberi nama Effective Length Method (ELM).

referensi penulisan di : https://www.researchgate.net/publication/311379158_SNI_17292015_dan_Era_Baru_Perencanaan_Baja_Berbasis_Komputer

Bagikan

Jangan lewatkan

SNI 2015 : Gebrakan atau blunder di zaman sekarang ?
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

kritik sarannya sangat membantu Saya dan Anda berkembang menjadi lebih baik lagi.